Mari Berbagi !!!


Sunday 21 March 2010

model pembelajaran ARCS (attention, relevance, confidence, and satisfactiion

PROPOSAL PENELITIAN
PENGARUH PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN ATTENTION, RELEVANCE, CONFIDENCE, SATISFACTION ( ARCS ) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN EKONOMI DI SMA NEGERI 3 PRABUMULIH

A. Latar Belakang
Salah satu masalah dalam pembelajaran di sekolah adalah rendahnya hasil belajar siswa. Rendahnya hasil belajar siswa ini mengakibatkan adanya pandangan buruk terhadap kualitas ( mutu ) pendidikian di Indonesia, begitu banyak upaya yang dilakukan pemerintah untuk turut membantu peningkatan mutu pendidikan di Indonesia, mulai dari pembangunan gedung-gedung sekolah, pengadaan sarana prasarana sekolah, sampai kepada perbaikan kualitas tenaga kependidikan melalui program sertifikasi. Kemudian lahirnya UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen juga merupakan upaya pemerintah dalam meningkatkan mutu pendidikan tanah air. Salah satu poin penting dari undang-undang tersebut adalah guru sebagai profesi.
Guru profesional harus memiliki kompetensi akademik dan kompetensi professional sebagai suatu keutuhan. Kompetensi pedagogik, professional, kepribadian dan sosial yang dirumuskan dalam UU Nomor 14 Tahun 2005 harus dilihat sebagai suatu keutuhan yang tak terpisahkan dari kompetensi penguasaan bahan ajar yang terkandung di dalam kurikulum, sehingga dapat terwujud harapan yang baik bahwa seorang guru ataupun dosen dapat betul-betul memiliki kemampuan profesional yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma-norma tertentu.
Salah satu kemampuan dan keahlian professional utama yang harus dimiliki oleh para pendidik adalah kemampuan bidang pendidikan dan keguruan, khususnya terkait dengan strategi pembelajaran. Seorang guru tidak hanya dituntut untuk menguasai bidang studi yang akan diajarkannya saja, tetapi juga harus menguasai dan mampu mengajarkan pengetahuan dan keterampilan tersebut pada peserta didik.
Guru sebagai komponen penting dari tenaga kependidikan, memiliki tugas untuk melaksanakan proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut, guru diharapkan bisa menerapkan strategi pembelajaran seperti apa yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran di kelas.
Pada dasarnya strategi merupakan cara dan seni dalam menggunakan sumber daya untuk mencapai suatu tujuan tertentu dan Pembelajaran sendiri berarti upaya membelajarkan siswa ( Dengeng dalam Wena, 2009:2). Dengan demikian strategi pembelajaran berarti cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa.
Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu sehingga membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri. Sebagai suatu bidang pengetahuan, strategi pembelajaran dapat dipelajari dan kemudian diaplikasikan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan sebagai suatu seni, strategi pembelajaran kadang-kadang secara implisit dimilki oleh seseorang tanpa pernah belajar secara formal tentang ilmu strategi pembelajaran (Wena, 2009: 3).
Misalnya banyak tenaga pengajar/guru yang tidak memiliki latar belakang keilmuan tentang strategi pembelajaran, namun mampu mengajar dengan baik dan siswa yang diajar merasa senang dan termotivasi. Sebaliknya, ada guru yang telah menyelesaikan pendidikan keguruannya secara formal dan memiliki pengalaman mengajar yang cukup lama, namun dalam mengajar yang dirasakan siswanya tidak begitu nyaman dan menyenangkan. Hal inilah yang menjelaskan bahwa strategi pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu seni, yaitu kemampuan (cara) mengajar yang dimiliki seseorang diperoleh tanpa harus belajar ilmu cara mengajar secara formal.
Penggunaan strategi dalam kegiatan pembelajaran sangat perlu karena untuk mempermudah proses pembelajaran dan dapat mencapai hasil yang optimal. Tanpa strategi yang jelas, proses pembelajaran tidak akan terarah sehingga tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan sulit tercapai secara optimal, dengan kata lain pembelajaran tidak dapat berlangsung secara efektif dan efisien. Strategi pembelajaran sangat berguna, baik bagi guru maupun siswa. Bagi guru strategi dapat dijadikan pedoman dan acuan bertindak secara sistematis dalam pelaksanaan pembelajaran. Bagi siswa, dapat mempermudah proses belajar, (mempermudah dan mempercepat memahami isi pembelajaran), karena setiap strategi pembelajaran dirancang untuk mempermudah proses belajar siswa yang berujung pada peningkatan hasil belajar siswa, secara skematis dapat dilihat pada gambar dibawah ini;











Hubungan strategi pembelajaran-guru-siswa-hasil belajar (Wena, 2009:3)


Setelah melihat gambar mengenai hubungan strategi pembelajaran, guru dan hasil belajar siswa maka penulis menangkap bahwa dalam kegiatan pembelajaran guru harus memiliki strategi pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi pembelajaran dan karakteristik siswa untuk kemudian diterapkan dalam kegiatan pembelajaran, sehingga dapat membantu dalam peningkatan hasil belajar siswa.
Ada dua faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu; faktor internal dan faktor eksternal. 1) faktor internal merupakan keadaan atau kondisi jasmaniah dan rohaniah siswa yang terdiri dari aspek fisiologi yaitu aspek jasmaniah serta tingkat kebugaran organ tubuh, sehingga dapat mempengaruhi semangat siswa dalam mengikuti kegitan pembelajaran. Dan aspek psikologis terdiri dari tingkat kecerdasan, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa. 2) faktor eksternal yaitu a) kondisi linkungan diluar siswa yang terdiri dari lingkungan sosial, nonsosial, dan pendekatan belajar. Dimana lingkungan sosial terdiri dari sekolah dan siswa. Lingkungan sekolah seperti para guru, staf administrasi, dan teman-teman yang dapat mempengaruhi semangat siswa. Lingkungan siswa terdiri dari masyarakat, tetangga dan teman sebaya. b) lingkungan nonsosial seperti gedung sekolah, rumah tempat tinggal, keluarga, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan. c) faktor pendekatan belajar seperti jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan guru untuk melakukan kegiatan pembelajaran.
Dari berbagai faktor yang mempengaruhi hasil belajar tersebut, terlihat bahwa strategi pembelajaran juga menjadi salah satu faktor yang turut menentukan hasil belajar siswa. Hal ini berarti seorang guru harus bisa memilih strategi yang tepat dalam kegiatan pembelajaran di kelas agar kegiatan pembelajaran dapat terasa menyenangkan dan menghasilkan pembelajaran yang optimal.
Pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan menjadi tiga jenis ( Wena, 2009: 34 ) yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy), (2) strategi penyampaian (Delivey strategy), dan (3) startegi pengelolaan (management strategy). Strategi pengorganisasian meliputi cara untuk menata isi suatu bidang studi yang berupa tindakan pemilihan isi/materi, format penataan isi atau penyajian peta konsep yang tersaji dengan urutan yang sesuai dan sejenisnya. Strategi penyampaian pembelajaran lebih menekankan pada media yang akan dipakai untuk menyampaikan materi pembelajaran, strategi penyampaian merupakan cara-cara yang dipakai untuk menyampaikan pembelajaran kepada siswa, dan sekaligus menerima dan merespon masukan dari siswa. Dengan demikian strategi ini digunakan untuk melaksanakan proses pembelajaran.
Strategi penyampaian juga mencakup lingkungan fisik, guru, bahan pembelajaran dan kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran. Dalam hal ini media pembelajaran merupakan komponen penting dari strategi penyampaian pembelajaran, selain media pembelajaran, interaksi siswa dengan media dan struktur belajar-mengajar juga merupakan komponen yang dibutuhkan dalam strategi penyampaian pembelajaran ( Dengeng dalam Wena, 2009: 9).
Sedangkan strategi Pengelolaan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam proses belajar mengajar guru tidak cukup hanya menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru juga harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran.
Sebelum pelaksanaan proses pembelajaran di kelas dilakukan , seorang guru terlebih dahulu harus menata, ,engorganisasikan isi pembelajran yang akan diajarkan. Hal ini perlu dilakukan agar isi pembelajaran yang diajarkan mudah dipahami siswa. Demikian pula selama proses pembelajaran, guru diharapkan mampu menumbuhkan, menjaga/mempertahankan, dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Tanpa adanya motivasi belajar siswa yang tinggi, maka guru akan sulit untuk mencapai hasil pemnelajaran yang optimal. Untuk bisa menumbuhkan, menjaga, dan meningkatkan motivasi belajar siswa agar mencapai hasil belajar yang maksimal, guru bisa menerapkan strategi pengelolaan motivasional dalam tindak pembelajarannya, karena dalam proses pembelajaran guru tidak hanya memperhatikan metode dan media pembelajaran saja tetapi guru juga harus berusaha untuk selalu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa dalam proses pembelajaran.
Banyak strategi pengelolaan yang dapat digunakan untuk menjaga motivasi belajar siswa diantaranya adalah strategi pengelolaan motivasi yang disebut ARCS yaitu meliputi; Attention (Perhatian), Relevance (Relevansi), Confidende (keyakinan/rasa percaya diri siswa), dan Satisfaction (Kepuasan), karena motivasi turut memberikan pengaruh kepada hasil belajar siswa maka guru diharapkan mampu menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa melalui strategi pengelolaan model ARCS. Selain itu, startegi pengelolaan ARCS ini merupakan bagian yang amat penting dari pengelolaan interaksi siswa dengan pembelajaran; kegunaannya adalah untuk menjaga dan meningkatkan motivasi belajar siswa ( Dengeng 1989 dalam Wena, 2009: 35 ).
Keller (dalam Wena, 2009: ) juga menyebutkan bahwa terdapat empat komponen strategi pengelolaan motivasi, yaitu sebagai berikut.
a. membangkitkan dan mempertahankan perhatian
b. menciptakan relevansi isi pembelajaran
c. menumbuhkan keyakinan pada diri siswa
d. menumbuhkan rasa puas pada siswa terhadap pembelajaran.
Peningkatan motivasi belajar siswa yang siginifikan akan membantu guru
dalam proses pembelajaran yaitu meningkatkan hasil belajar, melalui penerapan Startegi Pembelajaran model ARCS guru bisa mengetahui seberapa besar motivasi belajar siswa dengan melihat seberapa jauh perhatian siswa dalam mengikuti pelajaran, seberapa jauh siswa merasakan ada kaitan atau relevansi pembelajaran dengan kebutuhannya, seberapa jauh siswa merasa yakin terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, serta seberapa jauh siswa merasa puas terhadap kegiatan belajar yang telah dilakukan. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa strategi pembelajaran motivasional ARCS sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa dalam tujuan yang ingin dicapain dalam pembelajaran, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul “ Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih “.





B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
Adakah pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih ?

C. Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 7 Prabumulih.

D. Manfaat Penelitian
a. Bagi Guru
Sebagai motivasi dan variasi bagi guru maupun calon guru untuk meningkatkan penguasaannya terhadap penggunaan strategi pembelajaran yang tidak hanya terfokus pada pola penyampaian materi dan media pembelajaran saja tetapi juga lebih menekankan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa, sehingga tercapai tujuan dan hasil pembelajaran yang optimal.
b. Bagi Siswa
Penerapan strategi yang sesuai diharapkan mampu membuat siswa merasa nyaman dan menyenangkan dalam kegiatan pembelajaran dan dapat menjaga motivasi belajar siswa melalui pengelolaan motivasi yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
c. Bagi Peneliti
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman tentang strategi pembelajaran
yang sesuai untuk bisa diterapkan dalam kegiatan pembelajaran di kelas yang bermuara pada hasil pembelajaran yang optimal.

E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Strategi Pembelajaran
Dalam mewujudkan kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien, para guru dituntut memiliki strategi tersendiri yang sesuai dengan kondisi pembelajaran. Guru diharapkan mampu memilih strategi seperti apa yang akan digunakan dalam proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran strategi berkaitan dengan cara penggunaan berbagai sumber daya (guru dan media) untuk tujuan pembelajaran. Terdapat banyak pendapat dari ahli pembelajaran mengenai definisi dari strategi pembelajaran, yaitu.
a. Gerlach dan Ely (dalam Uno Hamzah,2009 : 1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran merupakan cara-cara yang dipilih untuk menyampaikan metode pembelajaran dalam lingkungan pembelajaran tertentu yang meliuti sifat lingkup dan urutan kegiatan pembelajaran yang dapat memberikan pengalaman belajar peserta didik.
b. Dick dan Carey (dalam Uno hamzah, 2009:1) menjelaskan bahwa strategi pembelajaran terdiri atas seluruh komponen materi pembelajaran dan prosedur atau tahapan kegiatan belajar yang digunakan oleh guru dalam rangka membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Strategi pembelajaran juga tidak hanya terbatas pada prosedur atau tahapan kegiatan belajar saja, melainkan termasuk juga pengaturan materi atau paket program pembelajaran yang akan disampaikan pada peserta didik.]
c. Gropper (dalam Uno, Hamzah, 2009:1) juga menjelaskan strategi pembelajaran merupakan pemilihan atas berbagai jenis latihan tertentu yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, dan setiap tingkah laku yang diharakan data tercapai oleh peserta didik dalam kegiatan belajarnya harus dapat dipraktikan.

Selain tiga pendapat diatas Wena (2009 :3) juga menyebutkan definisi dari strategi pembelajaran adalah cara dan seni untuk menggunakan semua sumber belajar dalam upaya membelajarkan siswa. Sebagai suatu cara, strategi pembelajaran dikembangkan dengan kaidah-kaidah tertentu untuk membentuk suatu bidang pengetahuan tersendiri.
Memperhatikan beberapa pengertian mengenai strategi pembelajaran di atas, dapat disimpulkan bahwa strategi pembelajaran adalah cara-cara dan seni yang akan dipilih oleh seorang pengajar (guru) untuk kemudian digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran sehingga akan memudahkan peserta didik menerima dan memahami materi pembelajaran, yang pada akhirnya tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal di akhir kegiatan belajar. Pemilihan strategi tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan situasi dan kondisi, sumber belajar, kebutuhan dan karakteristik siswa yang dihadapi dalam mencapai suatu tujuan pembelajaran.

2. Strategi Pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction (ARCS)
Wena (2009) menyebutkan pada dasarnya strategi pembelajaran diklasifikasikan ke dalam tiga jenis, yaitu (1) strategi pengorganisasian (organization strategy) (2) strategi penyampaian (delivery strategy) (3) strategi pengelolaan (management strategy).
Strategi pengorganisasian (organization strategy), berkaitan dengan kegiatan seperti pemilihan isi, penataan isi, dan sejenisnya; strategi penyampaian (delivery strategy) berkaitan dengan cara penyampaian pembelajaran ada siswa; sedangkan strategi pengelolaan akan berkaitan dengan penataan interaksi antara siswa dan strategi pengorganisasian serta strategi penyampaian. Dalam pembahasan penelitian ini selanjutnya akan membahas mengenai strategi pengelolaan.
Dalam proses belajar mengajar guru tidak hanya dituntut menguasai strategi pengorganisasian isi atau penyampaian pembelajaran saja, tetapi guru harus mampu menguasai dan menerapkan strategi pengelolaan pembelajaran. Strategi pengelolaan pembelajaran yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah strategi pengelolaan motivasional, banyak strategi pengelolaan motivasi yang dapat digunakan oleh guru, salah satunya adalah strategi pengelolaan motivasinal ARCS, yang memiliki empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa). Strategi ARCS ini dikembangkan oleh Keller (1987) yang merupakan strategi merancang pembelajaran tentang cara menjaga, mengelola, meningkatkan motivasi untuk mempengaruhi motivasi berprestasi dan peingkatan hasil belajar. Motivasi dianggap sebagai suatu factor yang cukup penting yang mempengaruhi hasil belajar. Motivasi sebagai intensitas dan arah suatu perilaku serta berkaitan dengan pilihan yang dibuat sesorang untuk mengerjakan atau menghindari suatu tugas serta menunjukkan tingkat usaha yang dilakukannya, maka secara operasional motivasi belajar ditentukan oleh indicator-indikator sebagai berikut:
a. tingkat perhatian siswa
b. tingkat relevansi pembelajaran dengan kebutuhan siswa
c. tingkat keyakinan siswa terhadap kemampuannya dalam mengerjakan tugas-tugas pembelajaran, dan
d. tingkat kepuasan siswa terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (Keller dalam Wena,2009:33)
Strategi ARCS dikembangkan berdasarkan teori nilai harapan yang mengandung dua komponen yaitu nilai (value) dari tujuan yang akan dicaai dan harapan (expectancy) agar berhasil mencapai tujuan itu (Hermana, 2009: 56)
Dari dua komponen itu oleh Keller dikembangkan menjadi empat komponen yaitu perhatian (attention), relevansi (relevance), keyakinan (confidence), dan kepuasan siswa (satisfaction) dengan akronim ARCS.
Strategi ini adalah strategi yang cukup menarik karena dikembangkan atas dasar teori belajar dan pengalaman nyata (Bohlin dalam Hermana, 2010:56). Dapat disimpulkan Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
2.1. Komponen Strategi ARCS
2.1.1. Attention ( Perhatian )
Perhatian merupakan salah satu poin penting dalam menjaga motivasi belajar siswa. Minat/perhatian merupakan alat yang sangat berguna dalam usaha memepengaruhi hasil belajar siswa. Menurut Woodruff seperti dikutip oleh Callahan (dalam Hermana, 2009: 59 ) bahwa sesungguhnya belajar tidak terjadi tanpa adanya minat/perhatian. Keller (dalam Hermana, 2009 :58 ) juga menyatakan bahwa dalam kegiatan pembelajaran minat/perhatian tidak hanya harus dibangkitkan melainkan juga harus dipelihara selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Guru harus memperhatikan berbagai bentuk dan memfokuskan pada minat/perhatian dalam kegiatan pembelajaran. Adanya minat/perhatian siswa terhadap tugas yang diberikan dapat mendorong siswa melanjutkan tugasnya. Siswa akan kembali mengerjakan sesuatu yang menarik sesuai dengan perhatian mereka. Membangkitkan dan memelihara perhatian merupakan usaha menumbuhkan keingintahuan siswa yang diperlukan dalam kegiatan pembelajaran.
Secara garis besar ada tiga jenis strategi untuk membangkitkan dan mepertahankan perhatian siswa dalam pembelajaran (Wena,2009:36), yaitu
a. Membangkitkan daya persepsi siswa
Hal ini bisa dilakukan dengan menggunakan suatu hal yang baru, mengherankan, tidak layak ataupun dengan memberikan perubahan-perubahan rangsangan secar mendadak, misalnya dengan gerakan tubuh, nada suara, dan sebagainya
b. Menumbuhkan hasrat ingin meneliti,
Hal ini dapat dilakukan dengan jalan merangsang perilaku yang selalu ngin mencari informasi dengan mengajukan pertanyaan atau masalah yang memerlukan pemecahan masalah oleh siswa sendiri. Dengan adanya pertanyaan atau masalah yang ditujukan pada siswa, diharapkan perhatian siswa akan lebih terfokus pada kegiatan pembelajaran
c. Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi
Dalam usaha mempertahankan perhatian siswa terhadap pembelajaran, dapat dilakukan dengan jalan menggunakan elemen atau unsur-unsur pembelajaran yang beraneka ragam. Keller (dalam Wena, 2009) mengungkapkan, variasi dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan memvariasikan format tulisan dalam teks, menyajikan gambar-gambar yang bervariasi, dan warna yang beraneka ragam. Dengan melakukan hal yang demikian diharapkan perhatian siswa terus tertuju ada pembelajaran.

2.1.2. Relevance (Relevansi/Mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa)
Komponen yang kedua dari strategi ARCS adalah relevansi atau mengaitkan pembelajaran dengan kebutuhan siswa. Komponen ini merupakan komponen yang berhubungan dengan kehidupan siswa baik berupa pengalaman sekarang atau yang telah dimiliki maupun yang berhubungan dengan kebutuhan karir sekarang atau yang akan dating. Siswa merasa kegiatan yang pembelajaran yang mereka ikuti memiliki nilai, bermanfaat dan berguna bagi kehidupan mereka. Siswa akan terdorong mempelajari sesuatu jika terdapat relevansinya dengan kehidupan mereka, dan memiliki tujuan yang jelas. Sesuatu yang memiliki arah dan tujuan yang jelas serta ada manfaat dan relevan dengan kehidupan akan mendorong individu untuk mencapai tujuan tersebut. Melalui adanya tujuan yang jelas mereka akan mengetahui kemampuan yang dimiliki dan pengalaman yang didapat. Mereka juga akan mengetahui kesenjangan antara kemampuan yang dimiliki dengan kemampuan yang baru didapat itu dan kesenjangan tersebut berkurang. Ada tiga unsur yang dapat digunakan guna meningkatkan relevansi isi pembelajaran dengan kebutuhan siswa (Wena,2009:39), yaitu
a. Menumbuhkan keakraban dan kebiasaan yang baik
Dalam usaha menumbuhkan keakraban pada diri siswa terhadap pembelajaran dapat dilakukan dengan cara menggunakan atau pemakaian bahasa yang konkret, contoh, dan konsep yang berkaitan atau berhubungan dengan pengalaman dan nilai kehidupan siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Minstrell (dalam Wena ,2009:39) bahwa untuk meningkatkan pemahaman pada diri siswa, guru harus mampu mengaitkan pengalaman keseharian siswa atau konsep yang telah ada dalam benak siswa dengan isi pembelajaran yang akan dibahas. Gagne dan Berliner (dalam Wena,2009:39) juga menyebutkan bahwa jika dalam kegiatan pembelajaran, isi pembelajaran dikaitkan dengan sesuatu yang telah dikenal atau dipelajari sebelumnya, dan siswa akan termotivasi dalam belajarnya. Dengan strategi yang demikian, siswa akan merasakan relevansi pembelajaran yang dihadapinya dengan pengalaman hidupnya.
b. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan
Cara lain unutk meningkatkan relevansi pembelajaran adalah dengan
menyajikan pernyataan atau contoh-contoh yang sesuai dengan tujuan dan kegunaan pembelajaran. Hakikat dari pemberitahuan tujuan pembelajaran adalah menginformasikan apa yang harus dicapai siswa pada akhir pembelajaran. Dengan demikian, setiap kegiatan pembelajaran selalu dapat diarahkan pada tujuan yang telah ditetapkan, dan sudah menjad kewajiban guru untuk mengatakan dengan jelas tujuan yang harus dicapai oleh siswa.
c. Menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai
Dalam hal ini untuk menciptakan relevansi terhadap pembelajaran dilakukan dengan menggunakan strategi pembelajaran yang sesuai dengan profil/karakteristik siswa. Guru harus memahami profil siswa seperti tingkat perkembangan siswa, gaya kognitifnya, dan kebasaan belajarnya. Dengan diketahuinya hal tersebut, guru akan lebih mudah menyesuaikan strategi yang digunakan profil siswa, dan siswa akan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran.
Strategi pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa juga harus sesuai dengan karakteristik isi pembelajaran agar siswa lebih cepat memahami isi pembelajaran yang disampaikan.

2.1.3. Confidence (Rasa Yakin diri siswa)
Komponen yang ketiga adalah Confidence (Rasa Yakin diri siswa), yaitu menumbuhkan rasa yakin (percaya diri) pada siswa. Komponen ini erat kaitannya dengan sikap percaya, yakin akan berhasil atau yang berhubungan dengan harapan untuk berhasil. Menurut Gagne dan Driscoll (dalam Hermana,2009 :58 ), seseorang yang memiliki sikap percaya diri yang tinggi cenderung akan berhasil bagaimanapun kemampuan yang ia miliki. Sikap seseorang yang merasa yakin, percaya dapat berhasil mencapai sesuatu akan mempengaruhi mereka dalam bertingkah laku untuk mencapai keberhasilan tersebut. Sikap ini mempengaruhi kinerja aktual seseorang, dan perbedaan dalam sikap ini menimbulkan perbedaan dalam kinerja. Sikap yakin, percaya atau ada harapan untuk berhasil akan mendorong individu bertingkah laku untuk mencapai suatu keberhasilan (Petri dalam Hermana, 2009:59). Siswa yang memiliki sikap percaya diri memiliki penilaian positif tentang dirinya cenderung menampilkan prestasi yang baik secara terus menerus. Sikap ini perlu ditanamkan kepada siswa untuk mendorong mereka agar berusaha dengan maksimal guna mencapai keberhasilan yang optimal. Sikap yakin dan penuh percaya diri serta merasa mampu melakukan sesuatu dengan berhasil, siswa akan terdorong untuk melakukan sesuatu dengan sebaik-baiknya untuk dapat mencapai hasil yang lebih baik dari sebelumnya. Wena (2009) juga menyebutkan ada cara yang dapat digunakan dalam menumbuhkan rasa percaya diri siswa yaitu sebagai berikut.
a. Menyajikan prasyarat belajar
Menumbuhkan percaya diri pada siswa dapat dilakukan dengan membantu siswa memperkirakan atau mengukur kemampuannya untuk mencapai kesuksesan, dengan jalan menyajikan prasyarat unjuk kerja kriteria evaluasi
b. Memberikan kesempatan untuk sukses
Menumbuhkan harapan siswa untuk sukses merupakan salah satu syarat membangkitkan keyakinan pada diri siswa terhadap tugas-tugas pembelajaran (Keller dalam Wena,2009:42). Hal ini dapat dilakukan dengan menyajikan tingkat tantangan yang memungkinkan siswa mendapat pengalaman sukses yang bermakna dibawah kondisi belajar dan unjuk kerja tertentu. Siswa merasa yakin tentang apa yang dikerjakannya, dengan mengatakan bahwa ia pasti akan sukses melakukannya dan pada diri siswa akan tumbuh harapan untuk sukses
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi
Dalam hal ini untuk menumbuhkan keyakinan pada diri siswa dilakukan dengan menyajikan umpan balik dan kesempatan untuk mengendalikan atau mengatur kemampuan atribusi internal akan kesuksesannya. Berikan umpan balik atau penguatan yang dapat mendorong usaha atau kemampuan siswa guna mencapai kesuksesan. Ardhana (dalam Wena, 2009:43) mengatakan, atribusi yang diberikan oleh individu terhadap sebab-sebab tindakannya mengakibatkan timbulnya penilaian tertentu terhadap diri sendiri dan sejumlah reaksi yang menyertainya, dan juga mempeengaruhi motivasi, pengaharapan serta prestasi yang akan diraihnya di masa mendatang. Berdasarkan pemikiran tersebut, dalam proses pembelajaran guru harus mampu memberikan atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa dan siswa merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya.

2.1.4. Satisfaction (Kepuasan siswa)
Komponen yang kelima dari strategi ARCS adalah Satisfaction (Kepuasan siswa), yaitu yang berhubungan dengan rasa bangga, puas atas hasil yang dicapai. Dalam teori belajar satisfaction adalah reinforcement (penguatan). Siswa yang telah berhasil mengerjakan atau mencapai sesuatu merasa bangga/puas atas keberhasilan tersebut. Keberhasilan dan kebanggaan itu menjadi penguat bagi siswa tersebut untuk mencapai keberhasilan berikutnya (Gagne dalam Hermana,2009:65). Reinforcement atau penguatan yang dapat memberikan rasa bangga dan puas ada siswa adalah penting dan perlu dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Keller (dalam Hermana,2009:65) berdasarkan teori kebanggaan, rasa puas dapat timbul dari dlam individu sendiri yang disebut kebanggan intrinsik yaitu individu merasa puas dan bangga telah berhasil mengerjakan, mencapai atau mendapat sesuatu. Kebanggaan dan rasa puas ini juga dapat timbul dari pengaruh luar individu, yaitu dari orang lain atau lingkungan yang disebut kebanggan ekstrinsik. Sesorang merasa bangga dan puas karena apa yang dikerjakan dan dihasilkan mendapat penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal dari orang lain atau lingkungan. Guru dalam kegiatan pembelajaran dapat melakukan dengan cara sebagai berikut. (Wena,2009:45)
a. Menyajikan latar belajar yang alami
Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan menyajikan kesempatan untuk menggunakan pengetahuan atau keterampilan yang baru dikuasainya dalam situasi nyata yang menantang, dengan demikian siswa akan merasa puas karena mampu menerapkan keterampilan-keterampilan baru yang telah dipelajarinya.
b. Memberikan penguatan yang positif
Dalam hal ini untuk menumbuhkan kepuasan dilakukan dengan memberikan umpan balik dan penguatan yang akan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Gagne juga menyatakan bahwa umpan balik sebagai fase terakhir dalam proses pembelajaran merupakan suatu proses penguatan; dan ini sangat penting artinya dalam kehidupan manusia, khususnya dalam kaitan yang berhubungan dengan pembelajaran. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya suatu umpan balik dalam proses pembelajaran guna meningkatkan motivasi belajar siswa.
c. Mempertahankan standar pembelajaran secara wajar
Hal ini dilakukan dengan jalan mempertahankan standar dan konsekuensi secara konsisten pada setiap penyelesaian tugas pembelajaran. Dengan demikian siswa akan merasa puas dan termotivasi dalam setiap melakukuan atau menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran. Hal ini disebabkan setiap tugas pembelajaran yang dihadapi, sesuai dengan kemampuannya dan siswa tidak merasa kesulitan dalam menyelesaikannya.

2.2. Langkah-Langkah Operasional ( Pelaksanaan) Strategi Pembelajaran ARCS
Secara operasional penerapan strategi ARCS (Wena,2009) dapat dilihat sebagai berikut;
No Tahapan Pembelajaran
(Strategi Pengelolaan ARCS) Proses Tindakan Bentuk Perlakuan
1 Attention (Menarik Perhatian)
a. Membangkitkan daya Persepsi Apa yang harus dilakukan untuk membangkitkan minat siswa? • Menggunakan efek audio visual, misalnya dengan menggunakan animasi, cahaya, kemampuan suara dan audio visual lainnya dalam pembelajaran
• Menggunakan peristiwa atau kontens yang tidak biasa,kontradiktif, atau hal yang aneh untuk merangsang perhatian siswa, tetapi tetap pada batas wajar
• Menghindari gangguan, dengan jalan menghindari hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian.

b. Membangkitkan keinginan
untuk meneliti/bertanya Bagaimana saya dapat merangsang/membangkitkan sikap meneliti pada siswa? • Aktif merespon, yaitu merangsang minat siswa dengan menggunakan interaksi pertanyaan-respon-umpan balik, yang mempersyaratkan berpikir aktif
• Menciptakan masalah, yaitu memberi kesempatan siswa untuk memecahkan masalah
• Menciptakan misteri, yaitu menciptakan situasi pemecahan masalah dalam konteks yang membutuhkan eksplorasi dan daya pengungkapan rahasia pengetahuan
c.Menggunakan elemen pembelajaran yang bervariasi Bagaimana saya dapat mempertahankan minat siswa? • Meringkas bagian pembelajaran dan menggunakannya secara efektif dalam bahan ajar/buku
• Menciptakan respon yang saling mempengaruhi dalam pembelajaran dengan menyajikan informasi yang beraneka ragam secara interaktif
• Mengintegrasikan media yang fungsional, yaitu menggunakan yang efektif dan seimbang sebagai bagian dari pembelajaran
2 Relevance (Meningkatkan Relevansi)
a. Menyajikan isi pembelajaran yang berorientasi pada tujuan/kompetensi Bagaimana saya dapat memenuhi dengan baik keinginan siswa dana bagaimana saya bias mengetahui kebutuhannya? • Menggunakan suatu pernyataan tujuan yang jelas serta penting dan berguna
• Memberi kesempatan pada siswa untuk memilih tipe tujuan yang berbeda yang sesuai dengan strategi dan hasil
b. Menggunakan strategi yang sesuai Bagaimana dan kapan saya dapat memberikan pilihan, tanggung jawab dan pengaruh yang sesuai? • Memberi kesempatan pada siswa memilih tujuan yangberaneka ragam, yang sesuai dengan tingkat kesulitan, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menggunakan system skorsing dan system umpan balik terhadap unjuk kerja siswa, guna merangsang kebutuhan untuk berprestasi
• Menyajikan pilahn-pilihan yang memungknkan siswa bekerja bersama teman lainnya
c. Menciptakan keakraban Bagaimana saya dapat mengaitkan proses pembelajaran dengan pengalaman siswa? • Menggunakan bahasa dan gambar yang menarik, yaitu dengan menggunakan ungkapan-ungkapan yang biasa dikenal siswa
• Menggunakan iliustrasi untuk mengkonkretkan suatu konsep yang abstrak/tidak biasa bagi siswa
• Menggunakan contoh dan konteks yang familiar pada isi pembelajaran dan lingkungan sekitar yang sudah dikenal siswa
3 Confidence (Menumbuhkan keyakinan pada diri siswa)
a. Menyajikan prasyarat belajar Bagaimana saya dapat membantu menumbuhkan harapan positif untuk sukses? • Merancang secara jelas dan mudah dipahami struktur isi dan tujuan pembelajaran.
• Menjelaskan criteria evaluatif dan memberikan kesempatan untuk latihan dengan umpan balik.
• Menjelaskan prasyarat-prasyarat pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dapat membantu dalam mengerjakan tugas.
• Menjelaskan pada siswa berapa jumlah item dan berapa waktu yang diperlukan dalam setiap tes.
b. Memberikan kesempatan untuk sukses Bagaimana pengalaman belajar akan dapat mendorong dan meningkatkan kepercayaan siswa terhadap kemampuan/kompetensinya? • Membuat isi pembelajaran dari yang bersifat mudah ke sukar, dan memberikan rencana umpan balik yang teratur.
• Membuat pembelajaran yang sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan siswa, guna menjaga tingkat tantangan/kebosanan yang berlebihan.
• Memasukan peristiwa-peristiwa yang bersifat random selama pembelajaran dan menyelingi dengan tingkat tantangan yang tak terduga.
• Mengendalikan tingkat kesulitan dengan menambahkan batas waktu, kecepatan stimulus yang beraneka ragam.
c. Memberikan kesempatan melakukan kontrol pribadi Bagaimana siswa dapat mengetahui dengan pasti bahwa kesuksesannya didasari atas usaha dan kemampuannya? • Memberi atribusi (yang berwujud penguatan) pada diri siswa sehingga mereka merasa yakin akan tindakan-tindakan selanjutnya
4 Satisfaction (Menumbuhkan Kepuasan)
a. Memberi kesempatan mengaplikasikan pengetahuan yang baru dikuasai Bagaimana saya dapat memberikan kesempatan yang bermakna bagi siswa untuk menggunakan pengetahuan/keterampilan yang baru dikuasai? • Memberikan tugas-tugas yang mengharuskan siswa mengalikasikan pengetahuan atu ketarmpilan yang baru diperolehnya.
• Membuat isi pembelajaran/tugas-tugas sehingga pengetahuan dan keetrampilan yang baru diperoleh segera dapat digunakan dalam kegiatan berikutnya.
• Menggunakan simulasi pada akhir pembelajaran yang mengharuskan penggunaan pengetahuan atau keterampila yang baru diperoleh.
b. Merencanakan umpan balik/penguatan yang positif Penguatan bentuk apa yang akan diberikan atas kesuksesannya? • Menggunakan umpan balik motivasional yang positif atau ganjaran lain atas kesuksesan siswa, sesudah setiap respon yang mereka berikan secara tepat.
• Menghindari pemberian penguatan yang dapat mengurangi motivasi, misalnya memberikan pujian yang berlebihan pada suatu yang sederhana.
• Menggunakan ganjaran ekstrinsik atas respon yang benar dan jangan memberikan ganjaran pada respon yang salah.
c. Mempertahankan standar an konsekuensi secara konsisten Bagaimana saya dapat membantu siswa dalam menanamkan perasaan positif tentang prestasinya? • Menjaga struktur isi pembelajaran secara konsisten dengan pernyataan tujuan.
• Membuat tugas-tugas/tes agar tetap konsisten dengan tugas atau tes yang lainnya dan juga dengan tujuan pembelajaran


Sedangkan Hermana (2009) menyatakan terdapat beberapa cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan perhatian, melihat tingkat relevansi, mempengaruhi sikap percaya diri dan memberikan rasa puas siwa terhadap pembelajaran yaitu;
• Perhatian,
a. menggunakan cerita, analogi, sesuatu yang baru, aneh dan berbeda dari yang biasanya dalam pembelajaran
b. memberikan kesempatan pada siswa untuk berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, misalnya, siswa diajak diskusi atau mengajukan pertanyaan yang perlu dipecahkan bersama
c. mengadakan variasi situasi pembelajaran misalnya, dari serius ke humor, dari cepat ke lambat, dan mengubah gaya mengajar
d. mengadakan komunikasi nonverbal seperti dengan demonstrasi dan simulasi.
• Relevansi,
a. Mengemukakan tujuan/sasaran yang akan dicapai
b. Mengemukakan manfaat pelajaran bagi kehidupan siswa baik untuk sekarang ataupun yang akan dating
c. Menggunakan bahasa yang jelas atau contoh-contoh yang ada hubungannya dengan pengalaman nyata atau nilai-nilai yang dimiliki siswa
• Percaya diri/ Tingkat keyakinan diri siswa,
a. Membantu siswa menyadari kekuatan dan kelemahan diri serta menanamkan pada siswa ga,baran diri positif terhadap diri sendiri, misalnya melalui potret seorang tokoh yang berhasil/sukses.
b. Menggunakan suatu patokan, standar yang memungkinkan siswa dapat mencapai keberhasilan.
c. Memberikan tugas yang bervariasi misalnya, dari mudah ke sukar tetapi cukup realistis untuk diselesaikan.
d. Memberi kesempatan pada siswa secara bertahap mandiri dalam belajar dan melatih suatu keterampilan.
• Kepuasan siswa,
Memberikan penguatan eksternal melalui pemberian penghargaan baik bersifat verbal maupun nonverbal. Memberikan sebuah permen sebagai kado/hadiah kecil karena siswa telah berhasil menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah ataupun tepukan tangan dari teman-teman sekelas akan memberikan kepuasan atau rasa bangga pada diri siswa selama atau setelah pembelajaran berakhir.

3. Hasil Belajar
Hasil belajar sering digunakan sebagai ukuran yang utama bagi prestasi siswa yang diperoleh dari kegiatan pembelajaran.
Menurut Dimyati (2002:3) hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar, yang pada sisi guru dilihat melalui evaluasi proses pembelajaran dan pada sisi siswa merupakan puncak atau titik dari proses belajar.
Menurut Zurmaini (2006:14), hasil belajar merupakan keadaan peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu yang diperoleh dengan mengadakan tes hasil belajar siswa.
Menurut Winkel (1999:53), hasil belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relatif konstan dan berbekas.
Dari beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan, hasil belajar adalah suatu hasil yang diperoleh dari aktivitas mental yaitu kegiatan pembelajaran yang menunjukkan tingkat keberhasilan seseorang dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam bentuk skor dan diperoleh dari hasil tes.
Hasil belajar ekonomi adalah hasil yang telah dicapai siswa dalam mata pelajaran ekonomi selama proses pembelajaran itu berlangsung dalam memahami konsep, prinsip, hokum, dan percobaan serta mampu mengaplikasikannya dalam kehidupannya.
Adapun hasil belajar yang dimaksudkan dalam penelitian ini adalah nilai ekonomi yang diperoleh siswa melalui tes yang dapat dijadikan tolok ukur untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam penerapan strategi pembelajaran ARCS pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.

4. Pengertian Ilmu Ekonomi
Ilmu ekonomi merupakan bagian dari ilmu sosial yang sering dgunakan untuk mengetahui tentang tata cara manusia dalam melangsungkan hidupnya, berinteraksi dalam memenuhi kebutuhannya dan memeperoleh kemakmuran.
Menurut Zurmaini (2006:14), ilmu ekonomi adalah suatu cabang ilmu yang mempelajari masalah bagaimana manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan kegiatan produksi, pertukaran dan konsumsi untuk mencapai kemakmuran hidupnya.
Pengertian ilmu ekonomi (Diknas,2003) adalah ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan distribusi.
Sedangkan menurut Alam (2007:1) ilmu ekonomi adalah ilmu yang memberikan pengetahuan mengenai tindakan manusia dalam usaha memenuhi dan melangsungkan hidupnya dengan berbagai kebutuhan yang beraneka ragam dengan sumber daya yang terbatas melalui kegiatan ekonomi untuk mencapai kemakmuran.
Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan ilmu ekonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang usaha manusia dalam memenuhi kebutuhannya yang bervariasi dengan memaksimalkan sumber daya yang ada melalui kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi demi tercapai kemakmuran.

5. Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran ekonomi
Fungsi mata pelajaran ekonomi (Diknas,2004) adalah mengembangkan kemamampuan siswa untuk berekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa ekonomi, memahamo konsep dan teori serta berlatih dalam memecahkan masalah ekonomi yang terjadi di lingkungan masyarakat.
Tujuan Mata Pelajaran Ekonomi (Diknas,2004) adalah:
a. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi untuk mengetahui dan mengerti peristiwa ekonomi dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan setingkat individu atau rumah tangga, masyarakat dan Negara.
b. Membekali siswa sejumlah konsep ekonomi yang diperlukan untuk mendalami ilmu ekonomi pada jenjang selanjutnya.
c. Membekali siswa nilai-nilai serta etika ekonomi dan memiliki jiwa wirausaha.
d. Meningkatkan kemampuan berkompetensi dan bekerjasama dalam masyarakat yang majemuk baik dalam skala nasional maupun internasional.

6. Hubungan Strategi Pembelajaran ARCS dan Hasil Belajar siswa
Strategi ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang menitikberatkan pada pengelolaan dan peningkatan motivasi belajar siswa melalui empat komponen yaitu Attention (perhatian), Relevance(relevansi), Confidence(keyakinan diri siswa), Satisfaction(kepuasan siswa) yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan hasil belajar siswa.
Dalam kegiatan pembelajaran guru dituntut tidak hanya mampu menyampaikan materi pembelajaran dengan konsep/isi pembelajaran saja, tetapi dalam pembelajaran guru juga dituntut untuk mampu menjaga, mengelola dan meningkatkan motivasi belajar siswa. Dimyati (2003) juga menjelaskan bahwa motivasi turut menjadi slah satu faktor yang menetukan hasil belajar. Berdasarkan faktor tersebut, dalam kegiatan pembelajaran tidak hanya dibutuhkan strategi penyampaian atau pengorganisasian saja yang diperlukan melainkan strategi pengelolaan Motivasi seperti model ARCS ini juga dibutuhkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa. Melalui empat komponennya yaitu meningkatkan perhatian, menciptakan relevansi, membina dan meningkatkan percaya diri dan memberikan kepuasan pada diri siswa diharapkan siswa dapat mengikuti kegiatan pembelajaran yang nyaman dan menyenangkan dan dapat memudahkan mereka dalam memahami dan mengerti materi yang dipelajari dan pada akhirnya akan meningkatkan hasil belajar siswa.

7. Hipotesis Penelitian
Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
Ho : Tidak ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.
Ha : Ada pengaruh penerapan strategi pembelajaran Attention, Relevance, Confidence, Satisfaction ( ARCS ) terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih.


F. Metodologi Penelitian
1. Variabel dan Definisi Operasional Variabel
1.1 Variabel Penelitian
Variabel penelitian ( Sugiyono, 2003:31) adalah sesuatu hal yang berbentuk apa
saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi
tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Adapun variabel dalam
penelitian ini adalah :
Variabel bebas (X) : Strategi Pembelajaran ARCS
Variabel terikat (Y) : Hasil Belajar

1.2 Definisi Operasional Variabel.
a. Strategi Pembelajaran ARCS adalah suatu strategi pembelajaran yang tercakup dalam stratgei pengelolaan motivasi yang memiliki komponen Attention ( perhatian ), Relevance ( relevansi), Confidence (keyakinan siswa), dan Satisfaction (kepuasan siswa). Strategi ini menitikberatkan operasionalnya ada empat komponen tersebut yaitu melalui (1) peningkatan perhatian, (2) menciptakan relevansi, (3) meningkatkan keyakinan diri siswa dan (4) memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran.
Langkah-langkah dalam strategi pembelajaran ARCS :
- mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berupa materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa
- mempersiapkan struktur/isi pembelajaran yang sistematis dan mempersiapkan media yang fungsional dan seimbang serta menyajikan peta konsep
- memilih metode penyampaian yang sesuai dan bervariasi
- menarik perhatian siswa dengan menyajikan suatu masalah yang mengherankan untuk kemudian dipecahkan
- menjelaskan tujuan pembelajaran yang kemudian dikaitkan dengan pengalaman siswa
- menumbuhkan rasa percaya diri siswa misalnya dengan menghadirkan potret seorang tokoh terkenal yang berhasil serta menanamkan prinsip-prinsip positif
- memberikan kepuasan siswa terhadap pembelajaran melalui penguatan-penguatan positif dari hasil tugas-tugas atau latihan yang telah dikerjakan siswa sehingga dapat menimbulkan rasa bangga dan puas pada diri siswa.
- Memberikan evaluasi baik berupa tugas ataupun latihan
b. Hasil Belajar siswa ialah kemampuan/nilai yang dimiliki oleh siswa dalam menguasai materi pada mata pelajaran ekonomi yang diperoleh melalui tes yang dinyatakan dalam bentuk angka. Tes ini diadakan setelah tiga kali penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam bentuk esai.



2. Populasi dan Sampel
2.1. Populasi
Menurut Sugiyono (2008:118) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.. populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih tahun ajaran 2009/2010 yang berjumlah 120 siswa dan terdiri dari 4 kelas, adapun rincian dari jumlah siswa terdapat pada tabel
Tabel 1. jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih
No Kelas Jumlah siswa
1 X.1 30 siswa
2 X.2 30 siswa
3 X.3 30 siswa
4 X.4 30 siswa
Jumlah 120 siswa

2.2. Sampel
Sample adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen, maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik pengambilan sample dengan cara purposive sampling untuk menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol yang diambil dengan pertimbangan tertentu. Jumlah siswa kelas X di SMA Negeri 3 Prabumulih yang menjadi populasi terdiri dari 120 siswa yang kemudian dikelompokkan menjadi empat tingkatan kelas berdasarkan nilai yaitu, X.1 (nilai tinggi), X.2 (nilai sedang), X.3 (nilai sedang), X.4 (nilai rendah). Berdasarkan pertimbangan inilah peneliti menentukan sampel berdasarkan tingkatan kelas yang sama, maka didapatlah kelas X.2 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.3 sebagai kelas kontrol yang menjadi sampel dalam penelitian ini. Jumlah siswa masing-masing kelas yaitu 30 siswa jadi jumlah keseluruhan sampel adalah 60 siswa.
2.3. Langkah-Langkah Eksperimen
Adapun langkah-langkah eksperimen yang akan dilakukan dalam melaksanakan penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Menentukan jenis penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian Kuasi experimental yang menggunakan design posttest-only controll design yaitu terdapat dua kelompok yang dipilih secara acak kemudian masing-masing ditetapkan sebagai kelas eksperimen (mendapat perlakuan) dan kelas kontrol (tanpa perlakuan).
b. Membuat rencana pembelajaran dan memilih media pembelajaran yang sesuai
c. Penerapan strategi pembelajaran ARCS pada kelas eksperimen yaitu kelas X.2 dan pada kelas kontrol yaitu kelas X.3 tidak diterapkan strategi ARCS.
d. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
e. Setelah tiga kali pertemuan, peneliti akan memberikan tes yang berbentuk esai terhadap kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mendapatkan hasil belajar setelah siswa mengikuti pembelajaran.
f. Menghitung perbedaan hasil belajar siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol untuk mengetahui dan membuktikan dengan penerapan strategi pembelajaran ARCS dapat memberikan pengaruh positif yanitu peningkatan hasil belajar siswa.
g. Menggunakan uji-t (T-Test) untuk menjawab hipotesis penelitian.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol yang akan diberikan perlakuan sebagai berikut.
1. Kelas Eksperimen :
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran dengan menerapkan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai
2. Kelas Kontrol
a. Membuat rencana pembelajaran dan menyiapkan media pembelajaran
b. Melaksanakan proses pembelajaran secara klasikal (biasa) tanpa memberi perlakuan
c. Setelah tiga kali pertemuan akan dilakukan penilaian terhadap materi yang telah dipelajari dengan memberikan soal berbentuk esai.
3. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan strategi pembelajaran dengan pendekatan ARCS terhadap hasil belajar siswa pada mata pelajaran ekonomi di SMA Negeri 3 Prabumulih. Adapun teknik yang dipakai adalah:
3.1. Dokumentasi
Teknik ini digunakan peneliti untuk memperoleh data secara umum, yaitu jumlah siswa kelas X semester genap 2009/2010 di SMAN 3 Prabumulih secara keseluruhan. Selain itu teknik ini juga digunakan untuk memperoleh data prestasi berupa hasil belajar siswa yang berbentuk nilai yang telah dicapai peserta didik pada mata pelajaran ekonomi di semester ganjil tahun 2009/2010 atau nilai yang diperoleh sebelum diterapkannya strategi pembalajaran dengan pendekatan ARCS ini. Data ini diperoleh peneliti dari guru mata pelajaran ekonomi di SMAN 3 Prabumulih.
3.2. Tes
Tes digunakan untuk memperoleh data tentang hasil belajar siswa. Dalam hal ini tes diberikan pada kedua kelas yang dijadikan sample. Tes yang diberikan dalam penelitian ini adalah berbentuk esai yang sebelumnya dilakukan pengujian terhadap validitas dan reliabilitas tes tersebut. Tes diberikan setelah tiga kali pertemuan yang terdiri dari 10 soal esai.
3.2.1 Validitas data
Instrumen dikatakan valid jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur ( sugiono, 2005 : 267 ). Dalam penelitian ini tes disesuaikan dengan materi ekonomi yang akan diajarkan berdasarkan rencana pembelajaran yang telah dirumuskan sehingga taraf validitas suatu isi tes dinyatakan dalam suatu koefisien validitas tes – 1,00 sampai dengan 1,00. koefisien validitas dapat dihitung dengan menggunakan teknik korelasi product momen.

rh = ( sugiyono, 2008 : 255 )

keterangan :
rh : koefisien korelasi
∑ X : jumlah skor per item
∑ Y : jumlah seluruh skor ( skor total )
n : jumlah respoden dalam uji instrumen
Untuk memberikan interprestasi mengenai besarnya koefisien korelasi, peneliti berpedoman pada.


Tabel 1.
Interprestasi Koefisien Validitas
Koefisien Korelasi Interprestasi
0,800 sampai dengan 1,000
0,600 sampai dengan 0,799
0,400 sampai dengan 0,599
0,200 sampai dengan 0,399
0,000 sampai dengan 0,199 Sangat tinggi
Tinggi
Cukup tinggi
Rendah
Sangat rendah ( tidak Valid )
( Riduan, 2004 : 98 )
3.2.2 Reliabilitas Data
Suatu instrumen dikatakan reliabel jika instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur objek yang sama dan menghasilkan data yang sama ( sugiyono, 2005 : 267 ). Menghitung nilai reliabelitas menggunakan rumus Alfa Cronboch sebagai berikut :
( sugiyono, 2005 : 282 )
Keterangan :
: nilai reliable
: jumlah varian skor setiap item
Si2 : varian total
K : jumlah item


3.3 Observasi
Observasi yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh informasi secara langsung, yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti dan pencatatan secara sistematis ( sudjana, 1989 : 84 ). Adapun hal-hal yang di observasi adalah aktifitas siswa pada waktu belajar yang meliputi :
 Siswa tidak mengobrol dengan siswa sebangku
 Siswa tidak mengerjakan pekerjaan lain pada saat guru mengajar
 Siswa membawa buku penunjang pelajaran
 Siswa memperhatikan dan mendengarkan penjelasan guru
 Siswa mencatat hal-hal penting dari penjelasan guru
 Siswa berani bertanya kepada guru
 Siswa berani mengungkapkan pendapat
 Siswa menjawab pertanyaan guru
 Siswa mengerjakan tugas yang diberikan
 Siswa mengumpulkan tugas tepat waktu
 Siswa tidak keluar masuk kelas
 Siswa tidak membuat keributan saat guru menjelaskan materi

3.4 Teknik Analisis Data
3.4.1 Analisis Data Hasil Belajar ( Dokumentasi dan Tes )
3.4.1.1 Data Dokumentasi
Data dokumentasi dan tes yang diperoleh dianalisis dengan cara sebagai berikut :
1. Menjumlahkan skor semua siswa
2. Mencari nilai rata-rata ( mean ) dan simpangan baku ( standar deviasi )
Me = ( Arikunto, 2003 : 264 )
Keterangan :
Me : Mean ( rata-rata )
: jumlah skor seluruh rata-rata(nilai x ke-1 sampai ke-n)
n : banyaknya subjek



Keterangan :
Sd : Standar Deviasi
: tiap skor dikudratkan lalu dijumlahkan kemudian
dibagi banyak siswa
: semua skor dijumlahkan dibagi N lalu dikuadratkan

3. Menentukan batas-batas kelompok
Semua siswa yang mempunyai skor sebanyak skor rata-rata plus satu standar deviasi ( Sd ) ke atas digolongkan pada kelompok atas ( tinggi ), semua siswa yang mempunyai skor antara -1 Sd dan + 1 Sd digolongkan pada kelompok sedang, sedangkan bagi siswa yang mempunyai skor -1 Sd dan yang kurang dari itu digolongkan pada kelompok kurang/sedang ( Arikunto, 2003 : 264 )


Adapun tolak ukur tingkat keberhasilan tes adalah sebagai berikut
o Skor rata-rata 80-100 = sangat baik
o Skor rata-rata 66-79 = baik
o Skor rata-rata 56-65 = cukup ( Arikunto, 2002 : 171 )
o Skor rata-rata 40-55 = kurang
o Skor rata-rata 0-39 = sangat kurang


3.2.1.2 Analisa Data Observasi ( Aktifitas Belajar )
Data yang didapat melalui lembar observasi diberi skor berdasarkan petunjuk penilaian sesuai dengan penelitian pengamat dalam proses belajar. Penelitian tersebut berdasarkan deskriptor yang muncul ketika melakukan pengamatan dan dihitung dengan rumus :

Skor observasi setiap siswa = Deskriptor yang tampak
Jumlah maksimum deskriptor

Skor observasi total rata-rata = Jumlah total skor observasi seluruh siswa
Jumlah total pertemuan

Kemudian dibuat rentang hasil modifikasi berdasarkan banyaknya indikator(Sophuan, dalam Candra, 2005 ) yaitu disajikan pada tabel dibawah ini

Tabel 2.
Predikat Aktifitas Siswa
SKOR RATA-RATA PREDIKAT
0,81-1,00
0,61-0,80
0,41-0,60
0,21-0,40
≤ 0,20 Sangat Baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang Sekali

3.4 Uji Normalitas Data
Uji normalitas data ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah data yang akan dianalisis normal atau tidak, katena uji t baru dapat digunakan apabila data tersebut terdistribusi normal.
Langkah-langkah yang digunakan untuk uji t adalah :
a) Rentang ( Rank ) = data terbesar – data terkecil
b) Banyak kelas interval = 1 + 3,3 log n
c) Panjang kelas interval ( P ) =
d) Mencari rata-rata dari masing-masing kelompok data yang dirumuskan
( Sudjana, 2002 : 70 )
Keterangan :
x = rata-rata
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
e) Modus
( Sudjana, 2002 : 77 )
Keterangan :
= modus
b = atas bawah kelas modal
p = panjang kelas
b1 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih kecil sebelum tanda kelas modal
b2 = frekuensi kelas modal dikurangi frekuensi kelas interval dengan
tanda kelas yang lebih besar sesudah tanda kelas modal

f) Simpangan baku / Standar deviasi :
( Sudjana, 2002 : 95 )
Keterangan :
S2 = simpangan baku / standar deviasi
x1 = tanda kelas interval
f1 = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas interval
n = banyak data
g) Menguji kenormalitasan data dengan rumus kemiringan yaitu rumus Karl Pearson dalam bentuk koefisien pearson


Keterangan :
K : kemiringan
x : rata-rata
Mo : Modus
S : simpangan baku
Data normal jika K terletak antara -1 sampai +1 (-1
3.5 Uji Homogenitas
Uji homogenitas data dilakukan untuk membuktikan bahwa sampel yang diambil berasal dari populasi yang sama. Pengujian sampel dalam penelitian ini menggunakan tes Barlett dengan langkah-langkah sebagai berikut :
a. Varians gabungan

( sudjana, 2002 : 263 )

b. Harga satuan
( sudjana, 2002 : 263 )

c. Uji Barlett menggunakan statistic Chi Kuadrat
( sudjana, 2002 : 263 )

Dengan In 10 = 2,3026 disebut logaritma asli dari bilangan 10
Dalam sampel penelitian ini digunakan taraf nyata (α) = 0,05 dan dk= k-1 dan peluang ( 1-α ) kedua sampel dapat dikatakan berasal dari populasi yang homogen apabila x2hitung < x2tabel

3.6 Uji Hipotesis Data
Pada penelitian ini, peneliti ,menggunakan t-test dan t-tes untuk dua sampel digunakan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.
( sugiyono, 2008 : 273 )

sampel berpasangan ( Related )

Model pembelajaran siklus (Learning Cycle)

I. Tinjauan Pustaka
1. Pengertian Balajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannnya. (Slameto, 2003:2)
Menurut Skinner (dalam Sagala, 2003:14), belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif sehingga terjadi respon.
Sedangkan menurut Gagne (dalam sagala, 2003:13) belajar merupakan kegiatan yang kompleks yang dan hasil belajar merupakan kapabilitas yang disebabkan stimulus yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.
Berdasarkan definisi-definisi belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dilakuakan seseorang untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan sehingga menghasilkan perubahan tingakah laku yang relatif menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungannya.

1.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar
menurut slameto (2003:54) ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar, yaitu :
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang sedang belajar, yaiutu :
1. Faktor jasmaniah, yang meliputi kesehatan dan cacat tubuh
2. Faktor psikologis, yang mliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kesiapan.
3. Faktor kelelahan yaitu jasmani yang berupa lemahnya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh dan kelelahan rohani yang dapat dilihat dengan adanya kelesuan rohani yang dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu itu hilang.



b. Faktor Ekstern
1. Faktor keluarga, yang meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi kelarga, perhatian dari orang tua dan latar belakang kebudayaan.
2. Faktor sekolah, yang meliputi metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.
3. Faktor masyarakat, yang meliputi kegiatan siswa di dalam masyarakat, media massa, teman bergaul, dan bentuk kehidupan masyarakat.

Model pembelajaran
Model dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan kegiatan (Sagala, 2003:175). Model pembelajaran dapat diartikan sebagai kerangka konseptual yang mendeskripsikan dan melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar dan pembelajaran untuk mencapai tujuan belajar tertentu,dan berfungsi sebagai pedoman bagi perencanaan pengajaran bagi para guru dalam melaksanakan aktivitas pembelajaran (sagala, 2003:176).
Menurut Jihad (2008:2005) model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi belajar siswa, dan member petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pembelajaran atau setting lainnya.
Model pembelajaran memiliki cirri-ciri khusus, yaitu :
a. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya.
b. Tujuan pembelajaran yang akan dicapainya.
c. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil dilaksanakan,.
d. Ligkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajran itu dapat tercapai.
Model menurut Dorin (dalam Yulaelawati, 2004:49-50) merupakan suatu gambaran mental yang membantu kita untuk menjelaskan sesuatu dengan lebih jelas terhadap sesuatu yang tidak dapat dilihat atau dialami secara langsung.
Model pembelajaran menurut Syah (1996:189) adalah blue print (cetak biru) mengajar yang direkayasa sedemikian rupa untuk mencapai tujuan tertentu pengajaran, cetak biru ini lazim dijadian pedoman pelaksanaan pengajaran serta evaluasi pengajaran, atau soal bagaimana teknisinya sesuatu bahan pelajaran diberikan kepada siswa di sekolah (Surakhman dalam Suryosubroto, 2002:148).
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan pola pembelajaran yang dapat membantu guru dalam mengesahkan kemampuan dan keterampilan yang berkaitan dengan dengan upaya mengubah tingkah laku siswa sejalan dengan rencana yang telah ditetapkan. Melalui model pembelajaran diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan kualitas pembelajaran baik selama proses maupun di luar kegiatan belajar mengajar.


Model pembelajaran learnig cycle (siklus belajar)
Pembelajaran siklus merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan konstruktivis. Model pembelajaran siklus pertama kali diperkenalkan oleh Robert karplus dalam science curriculum improvement study/SCIS (Throwbridge & Bybee 1996). Siklus belajar merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivis yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu :
1. Eksplorasi (exploration)
2. Pengenalan konsep (concept introdutin), dan
3. Penerapan konsep.
Pada penerapan selanjutnya, tiga tahap siklus tersebut mengalami perkembangan. Tiga siklus tersebut kini dikembangkan menjadi lima tahap (lorsbach, 2002) yang terdiri atas tahap pembangkitan minat (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explanation), elaborasi (elaboration), dan evaluasi (evaluation).
Tahap pembelajaran siklus (learning cycle)

1. Pembengkitan Minat (Engagement)
Tahap pembengkitan minat merupakan tahap awal dari siklus belajar. Pada tahap ini guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dan keingitahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakuakan dengan mengajukan pertanyaan tentang topik faktual dalam kehidupan sehari-hari (yang berhubungan dengan topik bahasan). Dengan demikian siswa akan memberikan respon/jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengatahuan awal siswa tentang pokok bahasan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Pada fase ini juga siswa diajak untuk membuat prediksi-prediksi tentang fenomena yang akan depelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. Dalam hal ini guru harus membangun keterkaitan antara pengalaman keseharian siswa dengan topik pembelajaran yang akan dibahas.

2. Eksplorasi (Exploration)
Pada tahap eksplorasi dibentuk kelompok-kelompok kecil antara 2-4 siswa. kemudian diberi kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok kecil tanpa pembelajaran langsung dari guru untuk melakukan dan mencatat ide-ide melalui kegiatan-kegiatan praktikum atau telaah literatur. Pada tahap ini guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Pada dasarnya tujuan tahap ini adalah mengecek pengetahuan yang dimiliki siswa apakah sudah benar, masih salah, atau mungkin sebagian salah, sebagian benar.

3. Penjelasan (Explanation)
Pada tahap ini guru dituntut mendorong siswa untuk menjelaskan suatu konsep dengan kalimat/ pemikiran sendiri, meminta bukti dan klarifikasi atas penjelasan siswa, dan saling mendengar secara kritis penjelasan antar siswa atau guru serta mengatur jalannya diskusi. Dengan adanya diskusi tersebut, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas, dengan memakai penjelasan siswa terdahulu sebagai dasar diskusi sehingga siswa dapat menemukan istilah-istilah dan konsep yang dipelajari.

4. Penerapan Konsep (Elaborasi)
Penerapan merupakan kemampuan untuk menerakan suatu kaidah atau metode untuk menyelesaikan masalah kehidupan yang nyata pada kasus atau problem yang kongkrit dan baru (Sri Esti Wuryani, 2006:212).
Konsep adalah satuan arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai cirri-ciri yang sama. Konsep dapat dilambangkan dalam bentuk kata yang mewakili konsep itu. Pada tahap elaborasi siswa menerapkan konsep dan keterampilan yag telah dipelajari dalam situasi baru atau konteks yang berbeda. Dengan demikian, siswa akan dapat belajar secara bermakna, karena telah dapat menerapkan/ mengaplikasikan konsep yang baru dipelajarinya. Jika tahap ini dapat dirancang dengan baik oleh guru maka motivasi belajar siswa akan meningkat. Meningkatnya motivasi belajar siswa tentu dapat mendorong peningkatan hasil belajar siswa.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari siklus belajar. Pada tahap evaluasi, guru dapat mengamati pengetahuan atau pemahamana siswa dalam menerapkan konsep baru. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan terbuka dan mencari jawaban yang menggunakan observasi, bukti, atau penjelasan yang diperoleh sebelumnya. Hasil evaluasi ini dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi proses penerapan siklus belajar, apakah berjalan cukup baik, baik, atau masih kurang.

Persandha XXIII Universitas Sriwijaya

Assalamu’alaikum wr,… wb…

Salam Pramuka

Seharusnya aku membuat postingan ini dari kemaren-kemaren ya,… maklum aja ya qq ge sibuk.

Hari ini aku ingin bercerita sedikit tentang Persandha XXII yang telah dilaksanakan pada tanggal 3 s.d. 7 Maret 2010 yang lalu. Persandha adalah singkatan dari Perkemahan Sandi Yudha. Kegiatan ini dilaksanakan oleh gerakan pramuka gugus depan Palembang 03.135 dan 03.136 Racana Sultan Mahmud Badaruddin Ii dan Putri Rambut Selako Universitas Sriwijaya. Kegiatan ini diselenggarakan untuk pramuka golongan penegak dan berbentuk perlombaan.

Ada yang sedikit berbeda dengan persandha-persandha sebelumnya. Pada tahun-tahun sebelumnya persandha dilaksanakan dengan cakupan Sumatra Selatan, tapi pada tahun ini Persandha XXIII sudah dilaksanakan dan diikuti oleh Pramuka se Sumatra Bagian Selatan. Diantaranya adalah dari Bengkulu, jambi, dan abngka Belitung. Harapan kami selanjutnya, pada tahun 2010 persandha sudah dapat dilaksanakan untuk pramuka penegak se-Indonesia.

Tentu untuk mencapai targetan yangkami buat, kami membutuhkan dukungan yang kuat dari berbagai pihak terutama dari pihak universitas sendiri, dan pihak lain pada umumnya. Kami berharap pihak universitas dapat melanjutkan pambangunan bumi perkemahan danau pandu sriwijaya karena bumi perkemahan merupakan prasarana yang sangat vital bagi kegiatan-kegiatan kepramukaan.
Selain itu juga perlu adanya peninjauan kembali tentang rencana pengambilalihan Bumi Perkemahan Danau Pandu Sriwijaya menjadi kawasan hutan kota. Universitas sriwijaya sebagai Universitas terluas di Asia Tenggara dengan luas lebih kurang 714ha memiliki banyak potensi yang dapat dikembangkan menjadi hutan kota tanpa harus mengambilalih fungsi bumi perkemahan.

Kembali ke cerita persandha,.
Dalam pelaksanaannya tahun ini persandha tidak banyak terdapat perbedaan dengan tahun-tahun sebelumnya. Perlombaan-perlombaan yang dilaksanakan antara lain :

1. LTBB
2. Adventure game
3. Lomba cipta karya permaianan kepramukaan
4. Lomba MTQ
5. Lomba kreasi masak dengan bahan dasar wortel
6. Lomba debat bahasa Inggris
7. Lomba asah terampil, dll
8. Ada juga pemilihan putra putrid perandha
9. Penampilan seni dari berbagi daerah, dan banyak lagi

Dengan kegiatan ini kami berharap dapat memberikan kontribusi bagi perkembangan kepramukaan di Sumatra Bagian Selatan khususnya yang secara tidak langsung memberikan motivasi kepada mereka untuk dapat mengembangkan kegiatan kepramukaan sebagai organisasi pendidikan yang diselenggarakan di luar lingkungan keluarga dan sekolah. Dengan lomba-lomba yang kami laksanakan juga berharap peserta yang ikut menjadi lebih terbuka dalam melihat dunia luar dan sadar bahwa dunia dewasa ini penuh dengan kompetisi. Mereka mampuh menatap jauh ke depan, terus terpacu, dan mendapatkan interest dari kegiatan ini.

Ada sisi lain juga dari Persandha yang sepertinya perlu dan menarik untuk diceritakan.
Setiap tehunnya dalam pelaksanaan Persandha selalu ada fenomena alam gaib (hahah,.. cie,..cie,..). sudah tidak asing lagi pada kegiatan persandha selalu ada saja peserta yang kerasukan Jin (awas jangan disebut setan). Bahkan saya,. Sempat juga melakukan ruqyah dan berkenalan dengan salah satuhnya (hehe,.. namanya Dewi/ semoga dewi ngak baca ya,….). biasanya mereka menyerbu saat malam dan lebih-lebih pada waktu hari hujan. Alas an mereka masuk ked ala tubuh manusia ya…….. klasik sekali.
“para peserta tidak tertib” ada yang kencing sembarangan adahal wc ada, ada yang buang band age (pembalut) sembarangan, ada yang mandi di danau sembarangan.
Ya…. Seharusnya hal in tidak terjadi lagi.

Kan tujuan kegiatan kita ini kan salah satunya untuk melatih kesiplinan. Ya,… tidak ingin emnyalahkan siapa-siapa, hanya harapan kami untuk tahun depan hal-hal seperti ini masih akan terjadi hahaha,…. (just kidding)

Ada juga pengalaman panitia,..(sorry ya teman-teman aku posting ya cerita lucu ini)
Waktu itu malam terakhir, upacara api unggun sudah selesai. Sekitar pukul 3 dini hari, sebagian panitia (sekitar 7) berangkat menuju sanggar Pramuka Unsri yang jaraknya lumayan jauh dari bumi perkemahan. Sesampai di sanggar mereka melakukan acara makan-makan, sambil makan-makan mereka asyik ngobrol dan cerita tentang apa,…. Gitu (pokoknya banyak) termasuk tentang jin. Mereka asyik bercerita. Ada yang nyeletuk,.. tentang jin yang menunggu danau, ada yang nyeletuk tentang jin yang ada di belakang panggung utama kegiatan (sambil bercanda rada-rada ga’ percaya ge toe..)
Celetukkan Terakhir setelah hamper 1 jam(berdasarkan cerita mereka), ada yang bilang.. hei kawan kamu ini tega nian jin belakang panggung tu sampai-sampai kesal karena dari tadi pengen tampil fancy tapi dak kamu panggil-panggil laju dio merajok,.. hahaha,…(mereka tertawa),..

Ada lagi yang nyambung,. “hei,.. kamu jangan cerita-cerita tentang dio gek mun dio ngintip kamu cakmano,.. (masih dengan ketawa ketiwi/ ya,…. Namanya beranda kan)
Inilah klimaksnyo,.. setelah itu mereka sadar bahwa di depan sanggar (kebetulan jendea sanggar itu kaca semua) ada yang ngintip . ya,…. Ada teman kami yang ngintip dari luar,…(sudah kerasukkan) setelah semuanya sadar dan melihat pada teman kami yang ngintip tadi lalu dia masuk,..

Setelah itu langsung ngamuuk,.. (wueah,….. kejang-kejang) lalu marah kepada teman-teman kami,..
“Kalian ini,… ngapo kalian,… (super marah ekspresinyo)
Ngapo lah hebat galo apo,… (kato jin itu)
Idak pak, idak pak,idak pak,..
Kami mintak maaf nian, mintak maaf nian ( sambil tertunduk ketakutan)
Memang salah kami nian,. Kami mintak maaf nyebut-nyebut kamu
(Mereka yang semula banyak cakap kini tidak ada suara lagi, )
Kalu nak mintak maaf kalian kebuperlah sekarang,.. cepatlah ke buper
Awas kalu idak,..(jin)
Iyo pak,. Iyo pak,..
Kami mintak maaf nian,. Tapi kami dak usah lagi ke buper ya,…(panitia)
Makonyo,.. MULUT KAMU ITU,….(marah)
Pokoknyo ke buperlah sekarang,.. awas kalu idak,..
@jin pun keluardari tubuh teman kami itu,. Tinggal teman kami itu masih murung murug saja (maklum klo dari kerasukkan yo,.. cak itu)
Akhirnya,.. panitia-panitia itu ketakutan dan saling ajak untuk mintak maaf ke buper,..

Tapi karena mereka ketakutan mereka tidak jadi ke buper dan sampai pagi terdiam kayak ayam sakit,…

Hahaha,……

Rasakan itu,………. ; D PRIKITIEW,….